HARI MARS

Oleh Dr. Verdinand Robertua Siahaan, S.Sos., M.Soc.,Sc./ Dekan Fisipol UKI

Kita memperingati 22 April sebagai hari Bumi. Masihkah kita perlu memikirkan tentang Bumi ketika Perang Ukraina dan Rusia masih bergejolak? Mungkin masalah kenaikan harga minyak goreng masih jauh lebih penting daripada masalah perubahan iklim. Mana ada orang yang mau menggunakan tenaga surya dan mengadopsi gaya hidup tanpa sampah plastik?

Pertanyaan-pertanyaan ini wajar adanya. Apabila tidak ada masalah, tidak ada yang berpikir tentang solusinya. Bumi sebagai sebuah planet sudah menyediakan begitu banyak kenikmatan yang sering kita tidak sadari sebagai sebuah kekayaan luar biasa. Bagi para astronom, Bumi merupakan sebuah planet yang unik dalam tata surya. Dari kedelapan planet yang ada di tata surya, Bumi adalah planet satu-satunya yang tertutupi dengan air. Banyak negara yang berpikir kita akan pindah ke Mars kalau seandainya Bumi sudah tidak layak dihuni. Tidak ada air di Mars. Kita tidak mungkin hidup di Mars.

Kalau sampai saat ini kita belum menemukan planet yang layak dihuni, maka kita harus memikirkan bagaimana kita hidup di Bumi untuk ratusan tahun ke depan. Jangan sampai seperti Dinosaurus yang punah. Disinilah peran pemerintah dan institusi pendidikan. Kita perlu memberikan peringatan bahwa kepunahan manusia di Bumi itu ancaman nyata. Kalau terus-menerus kita menggunakan energi fosil (Batu bara dan minyak bumi) dan mencemari lautan dengan sampah plastik, kematian umat manusia itu di depan mata. Saat ini negara Kiribati di Pasifik sudah dihadapkan dengan ancaman migrasi akibat kenaikan tinggi air laut. Bagaimana dengan Indonesia? Indonesia masih terus bergantung kepada energi fosil dan masih berstatus pencemar lautan dengan sampah plastik terbesar di dunia. 

Sudah banyak inovasi teknologi dan aktivis kemanusiaan yang aktif menyuarakan perubahan gaya hidup. Tanpa adanya kebijakan efektif dari pemerintah dan perubahan kurikulum di perguruan tinggi, semua inovasi teknologi akan sia-sia. Kita perlu memastikan generasi muda sadar dan aktif mengadopsi gaya hidup tanpa sampah dan energi bersih. Bagi generasi muda, industri energi bersih menyediakan peluang pekerjaan yang menarik. Sudah banyak bank internasional dan perusahaan energi yang melakukan transisi ke energi bersih. Gaya hidup tanpa sampah memberikan peluang industri kerajinan yang menghasilkan produk yang dapat didaur ulang. Sekarang produk-produk yang dapat dipakai berkali-kali lebih laku ketimbang produk sekali pakai. Kita bisa menyeimbangkan kepentingan manusia dengan keutuhan ekosistem dan habitat hewan dan tumbuhan.

Sudah ada juga kurikulum perubahan iklim yang diadopsi di sekolah menengah atas (SMA). Guru-guru di sekolah kini mulai serius mengembangkan laboratorium energi bersih karena diminati murid-murid SMA. Hari Bumi kini tidak hanya diperingati secara biasa-biasa saja. Kesadaran Hari Bumi diterjemahkan dalam kehidupan sehari-hari kita. Tetapi pasti masih ada konflik akibat eksploitasi tambang batu bara dan minyak bumi. Masih ada kebakaran kilang minyak bumi akibat tidak terlaksananya prosedur keselamatan yang baku. Kita tidak boleh berharap perubahan yang instan. Perang Ukraina dan Rusia saja tidak selesai dan tuntas sampai sekarang. Padahal Rusia adalah negara dengan kekuatan militer terkuat ketiga setelah Tiongkok dan Amerika Serikat. Kita berharap konsistensi kebijakan Pemerintah dan implementasi komitmen insan pendidik. Tidak boleh lagi Pemerintah mengobral izin penambangan batu bara dan minyak bumi. Perguruan tinggi sudah harus siap menggunakan energi bersih dalam operasionalnya dan menjadi bahan edukasi dalam perkuliahan.

Tetap optimis yang realistis. Indonesia Emas 2045.

 

Sumber foto: Canva.com

Share this Post

DAFTAR BROSUR BEASISWA ID | EN