Mami Antie, Sosok Ibu Yang Berkontribusi Besar Untuk Pendidikan di Tanah Papua

Sumber foto: https://www.idntimes.com/

Pemilik nama asli Dr. Yugianti Solaiman yang akrab dipanggil Mam Antie lahir di Yogyakarta pada tanggal 9 Desember 1952. Ia dikenal karena komitmennya untuk membangun tanah Papua dan sebagian besar hidupnya digunakan untuk kemajuan rakyat Papua. Meski bukan putri Papua, Ibu Antie berjuang agar penduduk Papua bisa bersekolah. Ibu Antie pun mendirikan sekolah untuk masyarakat Papua dan sekaligus menjadi guru di sekolah tersebut. Dengan segala kemampuan yang Beliau berikan, Ibu Antie juga menjadi dokter di sebuah Puskesmas di Papua. 

Ibu Antie bercerita bahwa Ia pertama kali menginjakkan tanah di Papua pada tahun 1986 saat Ia diundang Pertemuan Perempuan di Biak. Melihat langsung kehidupan rakyat disana yang minim pendidikan, membuat Ibu Antie selalu semangat dan tak henti untuk mendidik para pemuda Papua. Saat itu, Ibu Antie banyak melihat anak – anak yang tidak naik kelas dan hanya bersekolah selama dua minggu dalam satu tahun. Sisanya, mereka menggunakan waktunya untuk berburu kulit buaya yang nantinya dijual untuk pembuatan tas. Selain itu, saat berada di daerah yang ia kunjungi banyak 

melihat anak – anak yang tidak naik kelas dan hanya bersekolah selama dua minggu dalam satu tahun. Sisanya, mereka menggunakan waktunya untuk berburu kulit buaya yang nantinya dijual untuk pembuatan tas. Selain itu, saat berada di daerah yang ia kunjungi banyak sekali masyarakat Papua yang masih buta huruf dan tidak bisa berhitung bahkan berinteraksi dengan bahasa Indonesia pun masih sangat buruk. Hal ini lah yang membuat Ibu Antie mengabdikan diri untuk mendidik anak-anak Papua untuk lebih maju dari aspek pendidikan. Dengan hasil dari pekerjaan yang dilakukan saat itu, Ibu Antie mengunjungi satu per satu wilayah pedalaman Papua, termasuk distrik Dabra. Di Papua, Antie melayani para lansia, mengajar sekolah minggu mengajar para mahasiswa. Selain itu, Antie juga mendirikan sekolah khusus perempuan di Jayapura dan Sekolah Tinggi llmu Sosial Politik di Merauke.

Mendirikan sebuah sekolah tidaklah semudah yang ia pikirkan, banyak sekali tantangan yang harus dihadapi, mulai dengan biaya yang cukup mahal dan juga terbatas nya guru pengajar serta gedung yang digunakan untuk dijadikan tempat belajar. Saat itu, proses perkuliahan berlangsung di gedung Sekolah Dasar (SD), dan perkuliahan dilakukan setelah siswa/siswi SD selesai melaksanakan proses belajar mengajar. Dengan keterbatasan hal tersebut, lebih lanjut Ibu Antie menceritakan bahwa Sekolah Tinggi yang didirikannya waktu itu mengalami lonjakan jumlah mahasiswa yang sangat tinggi, jika bisa diperkirakan masing-masing kabupaten mengirimkan 50 orang untuk menempuh pendidikan secara gratis. Bukan hanya di Papua, ternyata Ibu Antie pun memberikan pelayanan nya hingga ke kepulauan Mentawai serta merasakan kehidupan disana sekaligus membangun puskesmas dan sarana pendidikan lainnya. Di balik sosok Ibu Antie yang memberikan dedikasinya di Tanah Papua dan Mentawai, ternyata Ia salah satu dosen di Universitas Kristen Indonesia (UKI). 

Sejak tahun 2007, Ibu Antie bukan lagi menjadi salah satu dosen di UKI. Namun, harapannya menyekolahkan tanah di Papua terus diupayakan oleh sosok Ibu Antie. Ketidakadilan yang dirasakan rakyat Papua mampu merebut hati Ibu Antie untuk memberikan seluruh hidupnya untuk kemajuan daerah di Papua. Dengan dedikasinya tersebut, tak heran jika Ibu Antie mendapatkan penghargaan sebagai salah satu Perempuan Tangguh Indonesia. Usaha Ibu Antie Solaiman dalam memperjuangkan Tanah Papua menjadi inspirasi.

“Kamu boleh saja bermimpi, asal usaha yang kamu lakukan harus sesuai dengan tingginya mimpimu”

Selain itu, bertepatan di bulan yang memperingati Hari Pendidikan dan Kebangkitan Nasional! Ibu Antie menyampaikan harapannya supaya pemerintah membangun wadah khusus untuk mahasiswa supaya dapat berjejaring dengan mahasiswa lain di Indonesia bahkan di luar negeri, hal ini tentunya akan mendukung interaksi yang lebih baik antar mahasiswa dari berbagai wilayah dan negara. Selain itu, Ibu Antie juga berharap supaya pemerintah bergerak untuk membuka lowongan pekerjaan besar besaran di bidang pendidikan khususnya untuk tenaga pendidik di Papua, bukan hanya sekedar lowongan saja tapi pemerintah juga harus memberikan benefit yang dapat menarik tenaga pendidik di kota untuk mengajar di berbagai wilayah di Papua.

Share this Post

DAFTAR BROSUR BEASISWA ID | EN