Transformasi Pendidikan Indonesia, Cermin Kebangkitan Nasional

Sumber foto: Canva.com

Oleh: Ayu Juanda (Mahasiswa Ilmu Komunikasi angkatan 2018)

 

Tepat pada 20 Mei 2022 kemarin, Indonesia kembali memperingati Hari Kebangkitan Nasional. Jika menilik ke belakang, 20 Mei merupakan hari lahirnya organisasi Boedi Utomo. Saat paruh pertama abad ke-20, Belanda mulai menciptakan garis-garis teritorial di Hindia Belanda, dimana hal ini menjadi alasan mendasar lahirnya Indonesia modern. Melalui kebijakan politik etis, perlahan melahirkan sejumlah organisasi kepemimpinan yang baru. Yang dimana di dalamnya terdapat orang-orang Indonesia yang terpelajar. Sehingga, perubahan yang signifikan khususnya di kalangan kelompok Indonesia, sering disebut sebagai ‘Kebangkitan Nasional Indonesia’. Hal mendasar lainnya, yang mendorong momentum perayaan Hari Kebangkitan Nasional yaitu Hari Sumpah Pemuda, pematri jati diri bangsa.

Adanya keinginan seluruh bangsa Indonesia untuk bersatu, dan bersama-sama menumbuhkan dan berusaha demi kemerdekaan negara Indonesia. Dilansir dari laman Museum Sumpah Pemuda Kemendikbud, lahirnya ikrar Sumpah Pemuda berawal dari rapat Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI). Hasil rundingan menyebut, bahwa pentingnya pendidikan seimbang untuk anak, serta penjabaran pentingnya nasionalisme dan demokrasi sejak dini. Hingga kini, dua momentum di atas masih kian dirayakan setiap tahunnya. Bukan sekedar perayaan, namun juga telah diterapkan dan dimaknai. 

Mengapa demikian? Karena Indonesia sebagai negara berkembang, mampu bangkit dari keterpurukan, memperbaiki, hingga menunjukkan kemajuannya. Tentunya, banyak faktor yang mempengaruhi bangkitnya sebuah negara, khususnya Indonesia. Seluruh elemen bangsa diharapkan memberikan kontribusi terbaiknya, untuk mengisi kemerdekaan. Sektor pendidikan menjadi salah satu dari banyak sektor, yang turut serta menyumbang untuk kemajuan negara. Menciptakan insan pelajar yang berbekal akal dan budi. Bagaimana dengan sistem pendidikan di Indonesia? Sistem pendidikan di Indonesia telah banyak melalui perubahan. Tentunya, perubahan-perubahan ini bertujuan memperbaiki sistem pendidikan agar lebih baik. Seperti, pergantian kurikulum yang terhitung sebanyak 11 kali hingga kini. Berawal dari kurikulum pertama pada tahun 1947 bernama Rencana Pelajaran, hingga Kurikulum 2013. Berbicara tentang kurikulum, penetapanya tentu tidak mudah. Pemerintah bersama instansi terkait, harus mampu menyusun perencanaan dalam mengatasi ribuan keanekaragaman. Sebab, ragamnya corak budaya, agama, serta cara hidup. Kurikulum yang telah direncanakan berdasarkan banyaknya pertimbangan, implementasi baik atau tidaknya berdasarkan Sumber Daya Manusia (SDM) di bidang pendidikan, yakni tenaga pengajar. Kini, tenaga pengajar baik guru hingga dosen, memiliki peran aktif dan tidak sekedar ‘pengajar’. Tenaga pengajar mampu menjadi guide, teach, dan explain. Dua hal ini kerap kali menjadi buah bibir atas keberhasilan dalam menghasilkan pelajar yang unggul. 

Jalannya pendidikan di Indonesia, terpukul hebat saat pandemi Covid-19 melanda. Sistem pendidikan yang sudah berjalan kian tahun, diwajibkan melakukan transisi sistem pengajaran. Seluruh elemen pendidikan, mulai dari calon didik hingga tenaga pendidik berusaha mempelajari teknis pembelajaran daring atau online. Faktanya, ada yang mengalami gagap teknologi hingga terjadinya learning loss, penurunan pengetahuan dan kemampuan pada calon didik. Bukan waktu yang singkat untuk bangkit dari keterpurukan sistem pendidikan selama pandemi. Perkara masih asing. Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Anwar Makarim menyebut, terdapat empat upaya perbaikan sistem pendidikan Indonesia menjadi lebih baik. Pertama, perbaikan infrastruktur dan teknologi. Kedua, perbaikan kebijakan, prosedur, pendanaan, serta pemberian otonomi lebih bagi satuan pendidikan. Ketiga, perbaikan kepemimpinan, masyarakat, dan budaya. Keempat, perbaikan kurikulum, pedagogi, dan asesmen.

“Transformasi yang bermakna kami kerjakan agar segala sesuatu yang selama ini membuat bangsa ini hanya berjalan di tempat, dapat berubah menjadi lompatan-lompatan kemajuan”, ujar Mendikbudristek, dilansir dari laman pk.kemdikbud.go.id.

Transformasi pendidikan, cermin kebangkitan nasional. Melalui makna Hari Kebangkitan Nasional, generasi penerus bangsa diharapkan dapat mengembangkan upaya untuk mengatasi tantangan kehidupan berbangsa dan bernergara, di masa kini dan masa yang akan datang.

 

 

 

Share this Post

DAFTAR BROSUR BEASISWA ID | EN