HUT DKI JAKARTA, Kesenjangan Sosial Masih Berlanjut

Sumber foto: https://liputan6.com "Rumah warga DKI Jakarta di pantaran sungai Ciliwung.

DKI Jakarta sudah memasuki usia ke-495 tahun. Dalam rangka memperingati hal tersebut, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta dan sejumlah stakeholder lainnya pun sudah menyiapkan segudang agenda seru yang sayang untuk dilewatkan. Mulai dari upacara peringatan ulang tahun Jakarta, vaksin gratis untuk hewan peliharaan, hingga bagi-bagi tiket masuk tempat wisata gratis. Bagi sebagian besar warga Jakarta, momen spesial ini menjadi perayaan yang memiliki kesan tersendiri. Namun, apakah hal tersebut juga dirasakan oleh warga DKI Jakarta yang termarjinalkan?

Hingga saat ini kemiskinan masih menjadi salah satu masalah utama di Indonesia, terlebih DKI Jakarta. Sebab, berdasarkan data terakhir tahun 2021, masih ada 132.345 warga Jakarta masuk kategori miskin ekstrem. Kemiskinan ini menjadi pemicu utama kesenjangan sosial di Jakarta. Di daerah yang kumuh atau tergolong miskin menjadi problem yang disorot apalagi masih terdapat banyak orang yang tinggal di tempat yang tidak layak untuk dihuni.

Sebagian dari kita mungkin pernah dengar, “perumahan yang paling bagus itu ada di Jakarta, Perumahan yang paling kumuh juga ada di Jakarta”. Dalam situasi ini jelas bahwa kesenjangan sosial itu nyata adanya di ibukota Jakarta ini.

Sebagai warga DKI Jakarta, saya melihat masih banyak perumahan yang kumuh, dan lagi lagi permasalahan yang paling utama adalah sampah. Masih terdapat selokan-selokan rumah warga yang tidak terawat, padahal rumah rumah berdempetan, tentunya jika hujan turun akan menimbulkan masalah baru, banjir contohnya. Seharusnya saluran air pembuangan harus lebih diperhatikan dan dijaga kebersihannya, supaya air dapat mengalir dan hendaknya sampah dibuang ke tempat pembuangan akhir.

Selain perumahan yang kumuh, terdapat beberapa orang memiliki tempat tinggal yang tidak layak huni dan bahkan tidur hanya beralaskan karung. mereka tidak mempunyai biaya untuk menyewa kamar sehingga memanfaatkan apa yang ada di sekitar mereka.

Padahal, jika orang bepergian ke Jakarta yang pertama ada di benaknya adalah gedung-gedung yang mewah, apartemen, tempat liburan yang asyik, apalagi jika beralih ke tempat yang lebih “trend” katanya seperti Jakarta Pusat. Padahal, kita tidak memperhatikan masih banyak tempat-tempat yang kumuh, kemiskinan, ketidaklayakan tempat tinggal, yang pastinya situasi ini akan mengancam kesehatan manusia. Inilah yang dikatakan dengan kesenjangan sosial yang ada di ibukota ini. Alangkah lebih baik masyarakat semakin semangat dalam bekerja, dan pemerintah pun turut memperhatikan rakyat kecil dan jelata.korelasi antara masyarakat dan pemerintah adalah hal yang perlu diperhatikan, jika masyarakat malas untuk bekerja, tentunya ini akan menjadi masalah, pemerintah pun harus turut memperhatikan kehidupan rakyat yang tergolong miskin misalkan, dengan membantu anggaran usaha kecil-kecilan seperti UMKM, tentu saja hal ini dilakukan untuk mengurangi kemiskinan dan juga untuk kesejahteraan rakyatnya.

Di samping itu, banyak beranggapan bahwa DKI Jakarta adalah satu kota yang dipenuhi dengan lowongan kerja, dan itu bisa dikatakan benar tapi apakah sebagian besar warga DKI Jakarta bisa bersaing untuk mendapatkan pekerjaan tersebut? Pemprov DKI Jakarta harus mengevaluasi kembali kegiatan atau agenda apa saja yang sudah dilakukan untuk menekan angka kemiskinan, dan mungkin cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal tersebut bisa dengan memperluas wadah pelatihan untuk membekali para pemuda yang lulus SMA, SMK agar memiliki memiliki keterampilan saat bekerja dan dapat bersaing dan Pemprov DKI Jakarta juga harus membantu penyaluran tempat berusaha dan modal.

Dirgahayu Jakarta ke 492!

 

Share this Post

DAFTAR BROSUR BEASISWA ID | EN