Gen Z: Generasi Penggerak atau Penggerus Bangsa?

Hari Anak Nasional (HAN), salah satu hari raya nasional yang kurang diketahui keberadaannya oleh masyarakat luas termasuk saya. Dengan menulis artikel opini ini saya mempelajari beberapa hal tentang hari nasional ini, yaitu sejarah dan makna didalamnya. Yang saya temui, Hari Anak Nasional (HAN) ini diperingati setiap tanggal 23 Juli di Indonesia. Sejarah bermula dari pencetusan Hari Kanak-Kanak Indonesia di era Presiden Soekarno (Orde Lama) yang berproses cukup rumit, hingga berlanjut pada masa pemerintahan Presiden RI ke-2 Soeharto pada 1984. Menurut Kementerian Pemberdayaan dan Perlindungan Anak Indonesia (KPPAI), peringatan Hari Anak Nasional dimaknai sebagai kepedulian seluruh bangsa terhadap perlindungan anak Indonesia agar tumbuh dan berkembang secara optimal.

Caranya adalah dengan mendorong keluarga menjadi lembaga pertama dan utama dalam memberikan perlindungan kepada anak, sehingga akan menghasilkan generasi penerus bangsa yang sehat, cerdas, ceria, berakhlak mulia, dan cinta tanah air. Ketika membahas mengenai anak tentu erat kaitannya dengan keluarga. Keluarga merupakan agen sosialisasi primer yang didapati oleh seorang anak sejak awal mereka menyentuh kehidupan di dunia ini. Teori Tabula Rasa John Locke sangat sesuai dalam menggambarkan analogi ini. John Locke berteori bahwa manusia saat pertama kali ia dilahirkan dan datang ke dunia adalah seperti selembar kertas putih yang kosong dan masih bersih. Lalu agen - agen sosialisasi, kebudayaan, nilai - nilai, dan hal lainnya lah yang akan menarik garis, menggambar bentuk, menaruh warna maupun memberi perubahan pada kertas putih kosong tadi.

Jika dikaitkan dengan tujuan diadakannya Hari Anak Nasional diatas menurut KPPAI maka keluarga sebagai agen sosialisasi primer memiliki tanggung jawab yang besar dalam menuntun, membentuk dan mempengaruhi kehidupan setiap anak. Sebelum mengerti makna dari Hari Anak Nasional ini, saya merasa bahwa tidak ada makna dan fungsi dari perayaan HAN ini. Setelah menilik lebih dalam, saya menyadari bahwa hal inilah yang seharusnya menjadi dasar pertumbuhan dan pergaulan setiap anak generasi muda di negara ini.

Dengan perayaan Hari Anak Nasional, pemerintah lewat KPPAI memberikan dukungan dan perlindungannya terhadap implementasi pengarahan, norma dan aturan, nilai, dan afeksi dari keluarga terhadap setiap anak. Dengan harapan anak - anak yang telah dicukupi kebutuhan fundamental diatas dapat menjadi generasi penerus bangsa yang sehat, cerdas, ceria, berakhlak mulia, dan cinta tanah air. Maka dari itu, saya sangat berharap bahwa hal ini dapat bisa lebih disosialisasikan dan diketahui oleh masyarakat luas secara merata karena hal ini merupakan hal yang fundamental dan esensial bagi seluruh masyarakat Indonesia dan terutama berdampak bagi anak - anak di generasi Z. 

Untuk mengenal Generasi Z lebih dalam, Generasi Z atau Gen Z seringkali disebut sebagai generasi muda, dan merupakan generasi yang tidak pernah mengenal kehidupan tanpa teknologi. Banyak isu yang diberikan tentang Gen Z, salah satunya generasi ini dinilai ‘Pemalas’. Dengan banyaknya kemajuan teknologi yang lebih efisien dalam kehidupan ini tentunya generasi muda dan semua orang di dunia menjadi lebih ‘dimanja’ oleh semua fasilitas dan kemajuan teknologi. Hal inilah yang menjadi cikal bakal mengapa Gen Z dianggap lebih malas dan santai dalam menghadapi segala sesuatunya. Berbeda dengan generasi milenial dan generasi sebelumnya yang mana masih tinggal dalam ‘Hustle Culture’, Gen Z memiliki slogan “work smart instead of work hard” yang lebih suitable dengan lifestyle Gen Z. Selain dicap pemalas, Gen Z juga dinilai sebagai generasi yang buta politik dan kental dengan pengaruh westernisasi maupun korean wave nya. Isu ini tidak sepenuhnya benar namun tidak seutuhnya salah. Menurut pendapat saya pribadi, untuk mengenal budaya luar seperti pengaruh budaya barat maupun korean wave, itu merupakan pilihan bagi setiap anak ketika ia sudah pada umur tertentu dan sudah dapat memilih mana yang cocok dengan passion dirinya.

Namun hal ini bukanlah sebuah penyebab seseorang atau sebagian orang menjadi buta politik maupun kurang bangga mengakui diri sebagai anak bangsa. Yang saya amati agar seorang anak dapat menjadi pribadi yang cinta tanah air dan bangsa adalah dengan adanya penanaman nilai yang sudah dilakukan sedari dulu sejak kecil hingga dewasa, karena untuk menumbuhkan perasaan yang kuat seperti itu tidak bisa dilakukan dengan instant dan mudah. Gen Z merupakan masa depan bangsa dan saya berharap agar kiranya bangsa Indonesia aman berada di tangan kita semua.

From a child we learn giggling, playing and trusting. Let us continue to celebrate everyday as a growing children. Happy Children's Day!

 

Share this Post

DAFTAR BROSUR BEASISWA ID | EN