Diskusi

Jakarta, FISIPOL UKI

Center for Security and Foreign Affairs Studies (Cesfas) Fisipol UKI  bekerjasama dengan Persatuan Intelligensia Kristen Indonesia (PIKI) melaksanakan diskusi dengan tema “Kembali kepada Konsensus Berbangsa” pada hari Jumat, 23 Agustus 2019 di Ruang Video Conference, UKI Cawang. Diskusi ini menghadirkan tiga narasumber utama yaitu Prof. Dr. Maruarar Siahaan, SH., MH. (UKI), Martin Hutabarat (DPR RI), dan Penrad Siagian (Paritas Institute)

Mantan Rektor UKI sekaligus Hakim Konstitusi RI, Maruarar Siahaan membuka diskusi dengan tema “Kembali pada Konsensus Berbangsa”. Maruarar mengajak audiens untuk menyadarkan tantangan terbesar saat ini tentang pengikisan makna Pancasila dengan mengaitkannya dengan kronologis sejarah. Bagaimana makna Sumpah Pemuda sejak 1928 lalu juga menjadi dasar visi bahwa pendahulu bangsa punya gambaran serta ambisi yang jauh dan berjangka panjang untuk Indonesia ke depan. Maruarar mengajak audiens juga untuk kembali memaknai bahasa persatuan Indonesia, bagaimana banyak negara yang gagal bersatu akibat ketidaksepahaman bahasa.

Selanjutnya Maruarar juga membahas radikalisme di Indonesia saat ini yang dianggap banyak bersarang di jenjang pendidikan yang difasilitasi negara, misalnya Perguruan Tinggi Negeri. Bagaimana pemerintah mendonorkan dana luar biasa besar bagi pendidikan negeri namun di tempat tersebut juga menjadi sarang radikalisme berkembang melalui dunia pendidikan.

Di dalam diskusi kedua, Martin Hutabarat yang merupakan anggota DPR RI memaparkan bagaimana PIKI diharapkan bisa membentuk sinergi yang dapat menjembatani masyarakat, partai politik, umat agama lain, cendikiawan-cendikiawan  yang dapat memberikan keuntungan dalam mencapai kepentingan umat Kristen.

“Konsensus berbangsa hanya ada 2 yang sangat penting bagi bangsa Indonesia, yang pertama adalah sumpah pemuda. Sumpah pemuda sangat luar biasa pentingnya yang meletakan dasar keindonesiaan sebab menunjukan bagaimana pemuda-pemuda pada jaman itu sudah dapat berpikir melampaui orang-orang lain, mereka dapat menyatakan bahwa indonesaia bertanah air satu. Konsensus kedua adalah Pancasila sebagai dasar negara. Pancasila memberikan jalan tengah bagi kelompok nasionalis dan kelompok Islam. Pancasila sebagai sebuah idiologi yang mengikat bangsa Indonesia selain Bahasa Indonesia yang mengikat bangsa Indonesia dalam Bahasa.”

Narasumber ketiga adalah Penrad Siagian, Direktur Paritas Institute. Penrad Siagian membahas peran strategis PIKI dalam kerapuhan regulasi yang diskriminatif. Menurut Penrad, PIKI memiliki tiga tugas yaitu mengawal konsensus bernegara-bangsa, membangun gerakan politik kebangsaan, dan clearing house kebangsaan.

Share this Post

DAFTAR BROSUR BEASISWA ID | EN