Diskusi Daring “K-culture: Good or Bad Impact?” Oleh Fisipol Thinkers Club

Jakarta – Salah satu UKM aktif Fisipol UKI, FISIPOL Thinkers Club yang berbasis pada riset dan kajian telah melaksanakan kegiatan rutin UKM, diskusi Ruang Rasio dengan topik “K-culture: Good or Bad Impact?” yang diadakan secara online melalui aplikasi Microsoft Teams, pada Jumat 7 Agustus 2020, Pukul 14.00 WIB. Diskusi ini dimoderatori oleh Junita, Anggota aktif UKM Fisipol Thinkers Club dan diikuti oleh anggota-anggota UKM Fisipol Thinkers Club. Selain itu, hadir juga Dary Naufal Mulyawan, S.S., M.A, dosen HI UKI sekaligus pembimbing UKM Fisipol Thinkers Club yang juga ikut memberikan argumen pribadinya serta kesimpulan dalam bahasan tersebut.

Ruang Rasio yang merupakan kegiatan diskusi rutin dua minggu sekali yang diselenggarakan oleh UKM FISIPOL Thinkers Club, pada pertemuan kedua ini menganalisis mengenai  perkembangan budaya Korea di negara-negara Asia Tenggara, terutama di Indonesia yang sangat pesat. Fenomena Korean Wave (Gelombang Korea) atau biasa disebut Hallyu,  berkembang seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi yang seakan-akan menghapus sekat dan batas antara satu negara dengan negara lainnya.

Dalam keberlangsungan diskusi, setiap anggota UKM memberikan pemaparan pendapat pribadi, dan hampir seluruh anggota berpendapat dan sepakat bahwa pengaruh budaya Korea Selatan saat ini terhadap pola kehidupan masyarakat Indonesia saat ini telah mempengaruhi gaya hidup masyarakat, yang cenderung terjadi pada golongan pemuda Indonesia. Fakta yang ada mengungkap bawah bukti dari Korean Wave tersebut terimplementasi dalam selera musik, gaya berpakaian, makanan, cara bersikap, produk kecantikan, dan lain sebagainya.

Namun dipihak lain, anggota diskusi Ruang Rasio, Nathan juga berpendapat bahwa fenomena Korean Wave dapat dianalisis dari dampak pengaruh yang positif terhadap masyarakat, dimana fenomena ini merupakan implementasi dari diplomasi publik yang dilakukan oleh Korea, yang apabila dilihat pada fakta yang terjadi bawahsannya kehadiran budaya Korea di masyarakat Indonesia mampu menjadi sumber inovasi serta motivasi bagi semua kalangan dalam menciptakan suatu hasil yang memiliki nilai jual serta diminati oleh masyarakat luas.  Misalnya dalam industri hiburan (musik, drama,), lifestyle (cara berpenampilan, perawatan tubuh),  produksi barang-barang elektronik, serta kebiasaan lainnya dari negara Korea yang menambah wawasan dan dapat di tiru oleh masyarakat Indonesia bagi kemajuan bangsa sendiri. 

Dari sudut pandang lain, anggota UKM Fisipol Thinkers Club lainnya juga menambahkan sudut pandang dari sisi negatif akan fenomena Korea tersebut dalam pola kehidupan masyarakat. Salah satunya adalah adanya eksploitasi yang di alami public figure, contohnya: seorang trainee yang tidak mendapatkan perlakuan yang layak sampai bisa membuat ia melakukan  bunuh diri, serta mengakibatkan masyarakat semakin kurang dalam mencintai karya atau produk dalam negeri, dan berujung berujung pada hilangnya budaya lokal.

Kita sebagai kaum milenial sudah seharusnya mengapresiasi lebih film-film besutan anak bangsa. Boleh saja menonton film luar negeri, tetapi jangan meremehkan atau bahkan melupakan film Indonesia.

Dan arus globalisasi yang begitu kuat membuat drama dan film Korea menjadi candu yang baru. Segala sesuatu yang berbau Korea sangat digemari oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Para pemain yang ada dalam drama-drama tersebut menjadi idola baru.

Terlihat dari banyaknya remaja yang meniru cara berpakaian orang-orang korea, pakaian yang terbuka dan ketat menjadi pakaian sehari-hari. Tentu saja ini tidak cocok dengan budaya orang Indonesia.

Diskusi ini ditutup oleh kesimpulan bahwa budaya Korea yang masuk ke Indonesia bukanlah  suatu hal yang merugikan apabila diresponi dengan bijak, namun seharusnya menjadi hal yang baik karena mampu menjadi sumber inovasi, motivasi, serta informasi yang mengedukasikan dari adanya budaya yang masuk sehingga berguna bagi seluruh kalangan masyarakat. Menyukai sesuatu merupakan hal yang wajar adanya, namun apabila kesenangan tersebut menadai suatu hal yang tidak dapat dikontrol dalam batasannya akan menjadi hal yang tidak baik dan merugikan tentunya. Oleh sebab itu, sikap bijak dari masyarakat, terutama kalangan pemuda dalam belajar untuk mengontrol diri sangat diperlukan dalam meminimalisir Bad impact akan adanya fenomena Korean Wave ini, serta mampu untuk mengelaborasikan apa yang didapat sehingga membuahkan sesuatu yang memberikan Good impact bagi kita sendiri maupun bagi orang disekitar.

Share this Post

DAFTAR BROSUR BEASISWA ID | EN