Nusantara Heritage : The Baduy Luar (PKM Program Studi lmu Politik)

Jakarta, FISIPOL UKI

Gunung ulah dilebur, Lebak ulah dirusak.Gunung tak boleh dihancurkan, lembah tak boleh dirusak. Kata-kata itulah yang pertama kali menyambut kami sesampainya di Kampung Baduy pada Minggu (30/6/2019). Kata-kata itu menjadi gambaran bagaimana suku Baduy memperlakukan alam yang ada disekitar mereka. Saat memasuki perumahan penduduk suku Baduy, kami langsung disambut ramah oleh ambu, warga Desa Kanekes yang sudah mau berbagi atap dengan kami selama 2 hari 1 malam. Mengingat tempat ini sudah menjadi tempat wisata, bagian depan rumah ambu dimanfaatkan untuk berjualan kerajinan khas suku Baduy.

Menurut Kepala Program Studi Ilmu Politik Universitas Kristen Indonesia, Fransiskus Xaverius Gian Tue Mali latar belakang kegiatan ini untuk memperkenalkan salah satu suku yang masih menjaga keaslian budayanya.  Dalam terpaan moderenisasi Suku Baduy masih menjaga keaslian dan kemandirian tradisi, aturan serta kebudayaannya. “ini bisa menjadi contoh bagi kita, bahwa bagaimana kita menjaga nilai-nilai lokal kita…” ucap Gian.

Setelah mengisi tenaga, kami langsung menuju rumah kepada desa, Jaro Saija.Sedikit bercerita, kami menanyakan semua rasa penasaaran kami mengenai Kampung Baduy ini, sesuai topik penelitian kami. pengamalan pancasila, sengketa tanah, hukum adat perkawinan, dan juga kemandirian ekonomi. Bagaimana penduduk Baduy dapat menjaga kelestarian budaya mereka. Untuk menambah data penelitian, tim PKM (Pengabdian Kepada Masyarakat) Program Studi Ilmu Politik UKI mulai berkeliling mencari narasumber dari penduduk sekitar.Sayangnya belum sempat kami menyelesaikan wawancara, kami sudah harus menghentikan aktifitas.

Jam telah menunjukan pukul lima sore Waktu Indonesia Barat. Menjelang waktu magrib, penduduk mulai beberes dan masuk kedalam rumah.Lampu tenaga matahari mulai digunakan untuk menerangi rumah. Hari kedua, tim mulai dengan pengarahan untuk kelanjutan penelitian. Tim langsung menyebar dalam kelompok, mengumpulkan informasi mengenai keunikan Kampung Baduy. Sesuai waktu yang telah ditentukan, tim kembali kerumah ambu. Sambil menyantap makanan yang telah disiapkan, evaluasi akhir dilakukan untuk kematangan data penelitian.

Pada satu sisi, Kampung Baduy mendapatkan mata pencaharian baru dengan adanya para wisatawan.Namun disisilain Kampung Baduy yang membuka diri juga harus membayar harga yang mahal, yaitu dengan banyaknya sampah oleh tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab. Saat mencari data, tim melihat banyak sampah yang bertebaran. Berawal dari pemandangan itu,tim memutuskan sebelum meninggalkan tempat yang indah ini akan mengumpulkan sampah.Kegiatan ini menjadi salam perpisahan Tim PKM Ilmu Politik UKI dengan keelokan budaya Baduy. Rasa terimakasih karena telah diterima dan disambut dengan ramah oleh masyarakat suku Baduy.Terimakasih Baduy telah mengingatkan kembali,pentingnya suatu budaya.

Share this Post

DAFTAR BROSUR BEASISWA ID | EN