Talkshow Diplomasi Budaya Melalui Lukisan Pertempuran Sultan Agung dan J.P. Coen Karya S. Sudjojono

Jakarta –Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Kristen Indonesia (UKI) mengadakan webinar dengan tema “Diplomasi Budaya Melalui Lukisan Pertempuran Sultan Agung dan J.P. Coen Karya S. Sudjojono (Dekonstruksi Hubungan Indonesia-Belanda)” yang diselanggarakan secara online melalui aplikasi zoom meeting pada hari Sabtu, (30/10/ 2021).

Webinar ini merupakan suatu bentuk luasan pembelajaran dari Program Studi Ilmu Hubungan Internasional dengan fokus kepada kebudayaan. Kegiatan yang diinisiasikan oleh Mahasiswa Prodi HI ini, bertujuan agar audiens dapat meningkatkan kecintaan terhadap kebudayaan terkhusus pada kaum muda melalui lukisan, yang mana webinar ini ditujukan secara khusus kepada Mahasiswa UKI, praktisi media, dan secara umum untuk masyarakat luas. Acara yang berlangsung selama 2 jam 32 menit ini dihadiri oleh peserta sebanyak 234 peserta dari berbagai universitas di Indonesia.

Webinar dimulai dengan membahas dekonstruksi Lukisan karya S.Sudjojono mengenai Pertempuran Sultan Agung dan J.P. Coen, dengan latar belakang dari lukisan tersebut oleh Ibu Santy selaku tim Mukti Negeriku!. S.Sudjojono dimana setiap lukisan yang ia tampilkan selalu berusaha untuk menampilkan sisi Indonesia. Lukisan Pertempuran Sultan Agung dengan J.P. Coen ini merupakan puncak Nasionalis dari karya beliau. Lukisan ini dibagi menjadi 3 panel, yang menjelaskan pada panel pertama bagaimana Sultan Agung sebagai pemegang kekuasan tertinggi di mataram, kemudian panel kedua menceritakan pertempuran yang terjadi sebenarnya dua kali (1628 dan 1629) yang menghabiskan banyak nyawa. Kemudian panel ketiga harusnya menggambarkan strategi oleh J.P. Coen, tetapi konon karena S.Sodjojono Nasionalis, digambarkan lah bagaimana Belanda dan Indonesia sejajar. Kemudian menggambarkan makna dari lukisan karya S.Sudjojono terkait lukisan perang tanpa darah ini kepada anak dari Bapak S.Sudjojono.

Kemudian lukisan ini mengedepankan kepentingan Nasional Indonesia di Belanda, yang kemudian mau menjadi figuran dalam Lukisan tersebut. Dan memaparkan bahwa S.Sudjojono menjelaskan melalui lukisan dan kecintaan terhadap Indonesia dengan mau menunjukan bahwa kita sebagai warga Indonesia tidak boleh kalah dengan yang lain. Dan untuk kaum muda tidak ada guna untuk berperang, kemudian karena Nasionalis Pak S.Sudjojono menonjolkan Indonesia (Mataram) dan Indonesia punya harga diri.

“Pemuda Indonesia, Bangsa Mu besar. Mahasiswa Hubungan Internasional bisa menjadi Ambassador, dengan Kehebatan Indonesia” ucapnya, (30/10/2021)

Pemaparan selanjutnya disampaikan oleh Angel Damayanti, Ph.D beliau membahas apakah lewat lukisan ini dapat menjadikan hubungan Indonesia dengan Belanda ke arah yang lebih baik. Sultan Agung dan VOC (pada saat itu) mempunyai kepentingan yang berbeda, tetapi Sultan Agung lebih mengedepankan Diplomasi pada saat itu, ini dijelaskan pada lukisan karya S.Sudjojono yang menggambarkan perang tanpa darah yang menjadikan hasil karya nya sebagai diplomasi oleh Indonesia dengan Jepang.

“Untuk menyamakan kepentingan, kita butuh berdiplomasi” ucapnya dalam pertemuan webinar, (30/10/2021).

Pemaparan terakhir disampaikan oleh Dra. V.L. Sinta Herindrasti, M.A beliau mengatakan kita akan menemukan identitas kita dari persamaan, dari persamaan sebenarnya kita tidak ada beda, jika ada perbedaan berarti ada sesuatu yang berbeda dengan itu akan membantu kita menemukan identitas kita. Bisa menjadi Cagar Budaya melalui lukisan pertempuran Sultan Agung dan J.P. Coen. Bisa mewakili untuk dilihat oleh bangsa-bangsa lain. Pak Sudjojono 

Dengan menjadi seorang diplomat tidak harus melalui Kementerian Luar Negeri atau Kementerian apapun, tetapi bisa dengan Budaya seperti pak Sudjojono, apapun peran kita. Memperkenalkan Kebudayaan Indonesia karena tujuan diplomasi yaitu menghindari perang tapi kepentingan itu tetap tercapai. Begitupun dengan pemuda bisa menjadi diplomasi dengan peran nya, dengan memajukan kebudayaan Indonesia menjadikan diplomasi yang menjadi alasan utama untuk menghindari perang dan tetap kepentingan itu tercapai, kita harus bangga dengan kebudayaan Indonesia karena beragam dan membanggakan.

Webinar diawali oleh pemutaran video kuratorial lukisan karya S.Sudjojono mengenai Pertempuran Sultan Agung dan J.P. Coen. Dilanjutkan dengan kata sambutan dari Vilmala Sari selaku Tumurun Private Museum, kemudian kata sambutan oleh Dra. V.L. Sinta Herindrasti, M.A selaku Kepala Program Studi IHI UKI, selanjutnya oleh Maya Sudjojono selaku Direktur S.Sudjojono Center, terakhir oleh Hilmar Farid, Ph.D selaku Dirjen Kebudayaan Kemendikbud.

Share this Post

DAFTAR BROSUR BEASISWA ID | EN