Trade of Globalization and Pandemic COVID-19

Jakarta, 06 November 2020, UKM FISIPOL Thinkers Club kembali menyelenggarakan diskusi rutin UKM, yakni Ruang Rasio dengan topik  ‘Trade of Globalization and Pandemic COVID-19’ yang dilaksanakan secara online. Diskusi ini dimoderatori oleh Briylliana, salah satu anggota aktif UKM Fisipol Thinkers Club (FTC) UKI serta dihadiri oleh Darynaufal Mulyaman, S.S.,M.Si selaku pembimbing UKM FTC dan dosen HI (Hubungan Internasional) UKI. Ruang Rasio perdana dibulan november ini menghadirkan narasumber luar sebagai pemateri, yakni Bpk. Achmad Ismail, S.Sos, M.Si. Beliau merupakan Pengelola Program Pembangunan Ekonomi di Pusat Studi Kemanusiaan dan Pembangunan (PSKP)

Pertemuan Ruang Rasio edisi ini dimulai dengan mengulas fenomena pandemi Covid 19 pasca meredanya perang dagang antara Amerika Serikat dengan China, yang kini sudah menelan banyak korban, menciptakan disrupsi pada perekonomian dunia, mengancam ketahanan pangan global, menurunkan arus investasi dan juga menurunkan tingkat konsumsi karena melemahnya daya beli masyarakat. Krisis ekonomi akibat virus ini pun dicatat menjadi krisis ekonomi paling besar setelah depresi ekonomi di tahun 1930an. Seluruh bangsa mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi, perlambatan perdagangan, sampai ketidakseimbangan global yang berkembang yang mengarah kepada pembekuan sistem moneter. Hal inilah yang membuat banyak pernyataan bahwa negara-negara saat ini perlu berkomitmen serius untuk meninggalkan kebijakan proteksionisme dan memastikan perdagangan antar negara bisa tetap berjalan. Hal tersebut sangat penting untuk memastikan ketersediaan barang-barang penting, seperti komoditas pangan, obat-obatan serta peralatan medis. Kebijakan proteksionisme mengganggu kelancaran rantai pasok dan menghambat ketersediaan pasokan di pasar yang akan berujung pada kelangkaan.

Salah satu yang bisa dilakukan untuk meninggalkan kebijakan proteksionisme dan memastikan perdagangan tetap berjalan adalah dengan mengeliminir hambatan perdagangan, baik hambatan tarif maupun hambatan non-tarif. Tarif impor diberlakukan oleh banyak negara pada peralatan medis dan peralatan pelindung pribadi. Pengenaan tarif tentu akan berdampak pada harga dan ketersediaan. Pengenaan tarif sebaiknya dihapuskan secara permanen, terutama pada komoditas yang ketersediaannya dapat memengaruhi hidup orang banyak. Pemerintah juga harus berkomitmen untuk menghindari larangan ekspor komoditas penting, misalnya saja peralatan medis, yang akan memperburuk ketersediaan barang secara global. Larangan ekspor juga akan mengganggu rantai pasok manufaktur global.

Untuk itu, negara-negara perlu melakukan beberapa hal berikut, seperti menghapuskan tarif untuk peralatan medis dan obat-obatan, tidak memberlakukan larangan ekspor untuk peralatan medis dan obat-obatan, perlunya menyederhanakan birokrasi, transparansi data kesehatan, transparansi dalam pengumpulan dan berbagi data epidemiologis, meningkatkan kerja sama dengan negara lain terkait ketersediaan obat-obatan serta mendukung inovasi, termasuk hak kekayaan intelektual. Selain itu, upaya-upaya untuk berinovasi sangat penting guna menemukan solusi jangka panjang untuk penyakit yang baru teridentifikasi seperti Covid-19, misalnya saja penemuan teknik perawatan baru dan vaksin. Tidak hanya sebatas menemukan, inovasi juga diharapkan bisa menemukan cara bagaimana teknik perawatan bisa diterapkan dan vaksin dapat diproduksi secara massal dan dapat diedarkan ke seluruh dunia.

Krisis hanya akan diselesaikan dan ekonomi hanya akan pulih, jika negara diizinkan untuk berdagang dan berkolaborasi secara bebas satu sama lain. Perdagangan yang terintegrasi satu sama lain tentu akan membantu mempercepat pemulihan ekonomi. Di saat negara-negara anggota World Health Organization (WHO) berkumpul untuk World Health Assembly atau Majelis Kesehatan Dunia, sebuah koalisi global dari 31 think tank bersatu untuk mendorong pemerintah untuk berkomitmen untuk membuka perdagangan, kolaborasi dan inovasi dalam perang melawan Covid-19. Deklarasi bersatu ini menyerukan serangkaian langkah-langkah untuk melindungi pasokan barang-barang medis penting dan mendukung inovasi untuk perawatan dan penyembuhan Covid-19 di masa depan.

Share this Post

DAFTAR BROSUR BEASISWA ID | EN