Merantau Ke Ibu Kota, Fember: Untung Atau Buntung?

Sumber foto: https://ruangpolitik.com/ Gambaran ibu kota baru yang direcanakan akan dibangun di Kalimantan.

Sudah dua semester Fember berkuliah dan tinggal di DKI Jakarta, menurutnya kehidupan di DKI Jakarta ternyata tidak sama dengan apa yang terlihat di media. Banyak hal yang masih membuat Fember terkejut entah itu karena kagum atau hal lainnya. Berikut terdapat 3 aspek yang benar-benar menunjukkan perbedaan antara kehidupan di Kalimantan dan Jakarta menurut Fember:

Hal mendasar lainnya, yang mendorong momentum perayaan Hari Kebangkitan Nasional yaitu Hari Sumpah Pemuda, pematri jati diri bangsa. Pertama, mengenai transportasi dan juga keadaan lalu lintasnya. Di Kalimantan Barat, khususnya di Kabupaten Sambas, lalu lintas tidak begitu padat, sehingga jarang sekali terjadi kemacetan. Di Kalimantan Barat, transportasi umum yang dipunya hanyalah bus dan angkot (angkutan umum) yang mana memakan biaya transportasi yang cukup besar, tergantung jarak yang ditempuh. Sedangkan, di Jakarta, terdapat 2 transportasi umum utama yaitu transjakarta dan KRL (Kereta Rel Listrik) dan biayanya relatif murah sekitar Rp.3.500,- s/d dibawah Rp.10.000,- untuk sejauh apapun jarak yang ditempuh. Kedua, mengenai pendidikan. Dalam bidang Pendidikan sendiri, menurut saya, tidak begitu banyak ketimpangan karena saya anak daerah dapat tetap mengikuti pelajaran dengan sangat baik. Ketiga, mengenai kehidupan sosial. Di Kalimantan Barat, sangat jarang sekali ditemukan homeless man or family (orang atau keluarga yang tidak punya rumah), sangat jarang juga ditemukan pemulung, tetapi di Jakarta, saya menyaksikan begitu banyak orang yang tidak memiliki rumah dan mengambil pemulung sebagai pekerjaan. Kesenjangan sosial di Jakarta sangat terasa dan tidak bisa dibantah. Dari ketiga hal tersebut, Fember sebagai salah satu makhluk sosial sampai saat ini sedang menyesuaikan diri terhadap lingkungan sekitarnya yang baru. Dalam lingkungan yang baru di DKI Jakarta tersebut akan memungkinkan terdapatnya tuntutan-tuntutan untuk dapat mampu memahami budaya yang berlaku, dan respon yang mereka berikan tidak selalu dapat langsung menunjukkan hasil yang dikehendaki dikarenakan adanya perbedaan bahasa, adat-istiadat, tata cara dalam berhubungan atau berkomunikasi, yang kesemuanya memerlukan proses dalam mempelajari suatu hal baru yang kemudian akan dipahami dan diterapkan oleh individu perantau dalam kehidupan sehari-harinya di tempat rantauan.

 

 

Share this Post

DAFTAR BROSUR BEASISWA ID | EN